Sabtu, 01 Februari 2014

Cerpen 1

         Kesendirianku
          by : Eka Indria
        Pagi yang cerah diawali dengan kicauan burung-burung yang hinggap di ranting pohon. Terbangun dengan suasana hati yang senang namun tidak denganku,terbangun dengan suasana hati yang sepi. Aku Arina Nasution. Aku biasa dipanggil Ina. Aku terlahir dari keluarga yang mampu dan aku anak tunggal. Semua kebutuhan yang aku inginkan memang tercukupi, tapi tidak untuk kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuaku. Pagi ini seperti biasa,aku terbangun dengan suasana hati yang sepi,tidak seperti anak-anak yang lainnya,terbangun dengan suasana hati yang gembira.       
         Sudah beberapa tahun ini,kedua orang tuaku selalu sibuk dengan pekerjaannya. Papah yang sibuk dengan proyek barunya dan Mamah yang sibuk dengan pekerjaan kantornya. Hampir setiap hari mereka pulang dan pergi saat aku tertidur. Saat hari weekend pun,mereka masih sibuk dengan laptopnya. Terkadang aku berfikir, apa harus dengan cara berontak, agar aku bisa mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari mereka. 
         Tapi Allah memang adil denganku. Disaat aku merasakan kesepian,Allah mengirimkan aku malaikat berwujud manusia,yaitu Zafa. Sudah lama aku berpacaran dengannya. Zafa orang yang dewasa dan dia selalu ada disaat aku butuh. Zafa yang selama ini mengisi hari-hariku yang sepi.
         Hari ini,tepat pada tanggal 15 Januari, aku anniversary 1th dengan Zafa. Malam ini aku akan dinner dengan Zafa. Aku harus tampil cantik dari yang biasanya, karena aku tidak mau melewatkan moment 1 tahunku bersama Zafa selama ini. Ya,sepertinya dress pendek berwarna merah dengan sedikit hiasan tali mutiara di pinggang dan rambut yang sengaja aku biarkan tergerai panjang sudah cukup untuk berangkat dinner.


         Saat aku sampai di sebuah Restaurant Seafood. Ternyata Zafa sudah menyiapkan salah satu meja,lengkap dengan aksesoris lilin-lilin kecil yang melingkari meja dimana aku akan menempatinya. Tapi, aku tidak melihat sosok Zafa disini, apa dia belum datang atau dia sedang ke kamar mandi? Entahlah. Disaat aku sedang duduk sambil melihat lilin yang berada didepanku, datanglah Zafa dari arah belakang sambil menyanyikan lagu ciptaannya sendiri dan membawa 12 bunga mawar yang artinya 1 tahun aku bersama dengannya.


         “happy anniversary 1th ya sayang,maaf aku hanya bisa kasih ini ke kamu,mungkin dengan ini kamu bisa mengingatnya nanti” kata Zafa sambil memberikan 12 bunga mawar itu.
         “terima kasih ya sayang,buat aku,ini udah romantis banget. Aku akan mengingat semua yang udah kamu kasih ke aku kok” kataku sambil memeluk Zafa.


          Entah kenapa, aku merasa ada yang aneh dengan sikap Zafa hari ini, tidak biasanya Zafa seromantis ini. Ah mungkin ini hanya perasaanku saja kali ya.
          Saat diperjalanan,tiba-tiba Zafa memberhentikan mobilnya ke tepi jalan yang sepi. Zafa menyuruhku untuk membuka dasbor mobilnya,pada saat aku buka,terdapat sebuah kotak kecil berwarna hitam.

          “apa ini” Tanya aku sambil membuka kotak kecil tersebut.
          “aku ingin kamu pakai cincin ini,sebagai tanda kamu milik aku” jawab Zafa.

          Kemudian Zafa langsung mengambil cincin tersebut dan memakaikan cincin itu ke jari manisku. Lagi dan lagi,Zafa bisa seromantis ini saat denganku. Karena biasanya Zafa bersikap biasa saja dan tidak pernah seromantis ini.
          Saat Zafa ingin melanjutkan jalan. Tiba-tiba sebuah truk dari arah belakang,menabrak mobil aku dan Zafa,tanpa butuh waktu lagi,mobil aku dan Zafa langsung terdorong dan menghantam pohon besar yang ada di depan. Entah pada saat itu aku sudah tidak bisa lagi mengingat kejadian itu. Saat aku sadar aku sudah terbaring lemah di salah satu rumah sakit terdekat. Saat aku tersadar, orang yang pertama kali aku cari adalah Zafa.
          Setelah kejadian tabrakan itu,aku tidak tau lagi bagaimana keadaan Zafa sekarang. Aku mencoba tanyakan kepada dokter yang sedang memeriksaku.

          “dok,bagaimana keadaan teman saya?” Tanya aku.
          “teman ade yang pria itu? Hmm,, maaf teman ade kehabisan banyak darah sehinggaaaaa, kami tidak bisa menyelamatkan nyawanya” jawab dokter itu.
          “apaa!!! Dok….” Kataku sambil menjerit dan menangis.

           Sudah dua hari semenjak Zafa meninggal,aku terdiam dikamar sendiri. Dinner malam itu benar-benar menjadi moment terakhirku bersama Zafa. Tak ada lagi yang menemaniku dan tak ada lagi yang memperhatikanku seperti dulu. Tapi,semenjak kepergian Zafa,orang tuaku menjadi perhatian denganku,mereka tidak lagi sibuk dengan pekerjaannya. Lagi-lagi,Allah itu memang adil,disaat aku merasa sendiri, engkau kirimkan Zafa ke dalam kehidupanku. Namun, pada saat kau ambil Zafa dari kehidupanku. Kau beri kesadaran bagi kedua orang tuaku,sehingga mereka tidak lagi  sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan lebih memperhatikanku yang sedang sedih ini.
 
  

0 komentar:

Posting Komentar